LAPORAN
ANALISIS
KEANEKARAGAMAN
TUBUHAN
(
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Ekologi Tumbuhan )
Kelompok
III
Garadus leha
Jellica solambela
Mariska walelang
Nurhayati sapsuha
Olivia taasilaeng
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BIOLOGI
2016
Praktikum
III
Waktu Dan Tempat:
Jumat, 28 April 2016 ( Tataaran Patar/Lorong SMA)
Tanggal Pelaksanaan
Praktikum : 29 April 2016
Tanggal Pemasukan
Laporan Praktikum : 12 Mei 2016
Tujuan
:
Untuk Mempelajari dan menghitung/menganalisis
indeks keanekaragaman Tumbuhan.
DASAR
TEORI
Konsep
pengukuran keragaman dibagi 3 kategori:
1.
Indeks Kekayaan jenis (Index of Species Richness)
2.
Indeks Keanekaragaman atau Heterogenitas
(Index of heterogenity atau Index of
Diversity),
dan
3.
Indeks Keseragaman/Kemerataan (Index of Evennes).
A.
Indeks Keanekaragaman(Index Of Diversity)
Istilah heterogenitas pertama kali dikemukakan oleh
GOOD (1953). Berbeda dari konsep “kekayaan jenis”, ukuran keanekaragaman ini
ditetapkan hanya berdasarkan struktur kerapatan atau kelimpahan individu dari
setiap jenis yang teramati. Oleh karena itu, Magurran (1988) memberikan istilah
lain terhadap konsep ini, yaitu dengan sebutan “spesies abundance” atau
“kelimpahan jenis”.
1. Indeks Simpson
Indeks Keragaman Simpson digunakan untuk mengetahui
kompleksitas suatu komunitas yang populasnya tak terhingga. Indeks ini berkisar
antara 0 – 1. Semakin mendekati angka 1
maka komunitas semakin kompleks dan mantap.
Indeks diversitas Simpson dihitung dengan rumus :
Dimana:
1
– D =
indeks diversitas Simpson
pi = ni/N =
proporsi jumlah individu jenis ke-I
ni =
jumlah individu species ke I
N = jumlah total individu seluruh
species
2. Indeks Shannon-Wiener
ln
|
(pi)
|
S
|
'
|
=
|
-å
|
(pi)
|
i=1
|
Dimana:
Pi = ∑ni/N
H : Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah
total seluruh spesies
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
• Seringkali
peneliti menggunakan formula Shannon-Wiener menggunakan Lon atau Log2, atau Log
10.
• Perbedaannya
adalah
– jika log2, maka H’ dinyatakan dalam bits/ind ;
– jika log e/ln, maka H’ dalam nits/ind dan
– jika digunakan log 10, maka H’ dinyatakan dalam decits/ind).
• Indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) disamping dapat menggambarkan keanekaragaman
species, juga dapat menggambarkan produktivitas ekosistem, tekanan pada
ekosistem, dan kestabilan ekosistem.
• Semakin
tinggi nilai indeks H’ maka semakin tinggi pula keanekaragaman species,
produktivitas ekosistem, tekanan pada ekosistem, dan kestabilan ekosistem
B. Indeks Keseragaman / Kemerataan (Index Of
Evenness)
• Konsep
ini menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies.
• Ukuran
kemerataan yang pertama kali dikemukakan oleh Lioyd dan Gheraldi (1964) ini
juga dapat digunakan sebagai indicator adanya gejala dominasi diantara setiap
jenis dalam suatu komunitas.
• Apabila
setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebut
mempunyai nilai “EVENNESS” maksimum.
• Sebaliknya,
bila nilai kemerataan ini kecil, maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis
dominant, sub-dominan dan jenis yang terdominasi, maka komunitas tsb memiliki
“EVENNES” minimum
Ada dua rumus yang relative lebih banyak digunakan
untuk menghitung nilai “evenness”, yakni (dicetuskan oleh Hurlbert, 1971) :
dimana :
Evenness = nilai kemerataan (antara 0 – 1)
D = nilai
indeks diversity hasil pengamatan
D max =
nilai maksimum indeks diversitas
D min =
nilai minimum indeks diversitas
Alat Dan Bahan :
1. Tali raffia
2. Gunting
3. Meter
4. ATM(alat tulis menulis)
5. lem kertas
6. Patok/Tiang(bulu)
7. (Tanah dan Tumbuhan)
Langka Kerja :
1. Memilih Lokasi/tempat(ekosistem) yang
tepat
2. setelah itu tanamkan tiang pada setiap
sudut lokasi yang di amati
kemudian mengikat tali raffia pada
setiap tiang/patok yg telah di
tanam.
3. Mengukur Panjang tali yang telah di ikat
dan memberi petak/bagian
pada lokasi tersebut agar mudah di
amati, kemudian berikan
lebel/nama pad setiap petak.
4. Setelah itu Amati spesies tumbuhan yang
ada pada setiap petak dan
mencatatnya, kemudian menganalisis
indeks keanekaragamannya.
DATA HASIL PENGAMATAN
Pada
praktikum ini mengenai keanekaragaman jenis dilakukan pengambilan sampel dengan
metode plot acak / line transek dengan ukuran 6 x 3 meter. Metode acak
digunakan tiga cara untuk menganalisis data atau menghitung suatu
keanekaragaman yaitu :
1.
indeks keanekaragaman
2.
indeks dominansi
3.
indeks keseragaman/kesamaan
NO
|
NAMA SPESIES
|
PLOT 1
|
PLOT 2
|
PLOT 3
|
PLOT 4
|
PLOT 5
|
PLOT 6
|
|
1
|
Capsicum
onnumm
|
5
|
-
|
4
|
2
|
-
|
-
|
|
2
|
Caricca
papaya
|
2
|
-
|
-
|
2
|
3
|
1
|
|
3
|
Zea
mays
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
4
|
|
4
|
A.
hypogaea
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
V.
angularis
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
6
|
Manihot
esculenta
|
-
|
1
|
4
|
3
|
-
|
-
|
|
7
|
Jamur
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
-
|
|
8
|
Gramineae
|
30
|
16
|
42
|
9
|
22
|
55
|
|
Total
individu
|
40
|
20
|
53
|
18
|
37
|
60
|
||
Total
spesies
|
6
|
3
|
4
|
5
|
4
|
3
|
||
DESKRIPSI DATA
Berdasarkan data di
atas indeks keanekaragaman tumbuhan yang di hitung sebagai berikut :
1. Shannon-Wiener(keanekaragaman)
Petak
|
Jumlah spesies
|
Jumlah individu
|
( H’)
|
Kategori (H’)
|
1
|
6
|
40
|
1,16
|
Sedang
|
2
|
3
|
20
|
0,61
|
Sedikit
|
3
|
4
|
53
|
0,78
|
Sedikit
|
4
|
5
|
18
|
1,38
|
Sedang
|
5
|
4
|
37
|
1,02
|
Sedang
|
6
|
3
|
60
|
1,74
|
Sedang
|
2.
Simpson(Dominansi)
Petak
|
Jumlah spesies
|
Jumlah individu
|
( 1-D)
|
Kategori (1-D)
|
1
|
6
|
40
|
0,41
|
tingii
|
2
|
3
|
20
|
0,33
|
tinggi
|
3
|
4
|
53
|
0,36
|
tinggi
|
4
|
5
|
18
|
0,68
|
tinggi
|
5
|
4
|
37
|
0,49
|
tinggi
|
6
|
3
|
60
|
0,15
|
tinggi
|
3.
Hurlbert(kemerataan/kesamaan) :
Petak
|
Jumlah spesies
|
Jumlah individu
|
( E)
|
Kategori (E)
|
1
|
6
|
40
|
0,64
|
tingii
|
2
|
3
|
20
|
0,68
|
tinggi
|
3
|
4
|
53
|
0,65
|
tinggi
|
4
|
5
|
18
|
0,92
|
tinggi
|
5
|
4
|
37
|
0,84
|
tinggi
|
6
|
3
|
60
|
0,92
|
tinggi
|
PEMBAHASAN
Berdasarkan
Data di atas dapat dihitung/di analisis sebagai berikut :
1. Untuk menghitung indeks keanekaragaman, di gunakan
rumus dari Shannon-Wiener
•
H’ = -∑ ( pi )ln( pi )
|
H>3 : Keragaman spesies tinggi
1<H<3 : Keragaman spesies sedang
H<1 : Keragaman spesies rendah
Contoh,
(plot I ):
H’=
-∑ (pi) ln (pi)
H’=
-∑ ( 5/40) ln (5/40) + (2/40) ln (2/40) + (3/40) ln (3/40) + (3/40) ln
(3/40) + (2/40) ln (2/40) + (3/40)
ln (3/40)
= -∑ (0,125)ln(0,125) + (0,05)ln(0,05) +
(0,075)ln(0,075) +
(0,05)ln(0,05) + (0,75)ln(0,075)
= -∑
(-0,260)+(-0,150)+(-0,194)+(-0,194)+(-0,150)+(-0,216)
= -∑(-1,164)
H’=
1,164 (sedang)
2. Untuk
menghitung indeks Dominansi, di gunakan rumus dari simpson.
•
Indeks Keragaman Simpson digunakan untuk
mengetahui kompleksitas suatu komunitas yang populasnya tak terhingga. Indeks
ini berkisar antara 0 – 1. Semakin
mendekati angka 1 maka dominansi semakin kompleks dan mantap.
Contoh, (plot I):
1-D =
1- ∑ (pi)²
= 1- ∑ (5/40)² + (2/40)² + (3/40)² + (3/40)² + (2/40)² + (30/40)²
= 1- ∑ (0,015625) + (0,0025) + (0,005625) + (0,005625) + (0,0025) +
(0,5625).
1-D = 1- ∑(0,594375)
= 0,407
3. untuk menghitung kemerataan/keseragaman tumbuhan
di gunakan rumus dari Hurlbert,
Contoh, (plot I):
= 1,164/ log
2(6)
= 1,164/1,806
= 0,645
Keanekaragaman rendah,
• Miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai
indikasi adanya tekanan ekologis yang berat ,dan
• ekosistem tidak stabil
Keanekaragaman sedang,
• produktivitas cukup,
• kondisi ekosistem cukup seimbang,
• tekanan ekologis sedang.
Keanekaragaman tinggi,
• stabilitas ekosistem mantap,
• produktivitas tinggi,
KESIMPULAN
Berdasarkan
Pembahasan di atas kami dapat menarik kesimpulan bahwa, untuk menghitunng/menganalisis
keanekaragaman tumbuhan menggunakan indeks keanekaragaman, indeks dominansi,
indeks kemeretaan/kesamaan dan menetukan spesies indicator.
Dengan
melihat/memperatikan nilai tolak ukur dari indeks keanekaragaman yang di
sebabkan dari :
• produktivitas cukup,
• kondisi ekosistem cukup seimbang,
• tekanan ekologis sedang.
• ekosistem tidak stabil
Rata-
rata keragaman pada pengamatan dengan menggunakan metode transek, di kategorikan keanekaragaman
sedang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ludwiq, J.A., and J. F.
Reynolds, 1988, Statistical Ecoloqy a Primer on Methods and
Computing, John Wiley & Sons, New
York.
Arsyad, D.M. dan Asadi, 1993. Progress
Report on Legumes Varietal Selection for
Condition Afterlowland Rice and for
Acid Soils. Cent. Rest. Inst. For Food Crops.
Diakses pada 10 Desember 2011.
Pukul 10.00 WIB).
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi
Tumbuhan Berbiji. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Press Kimball.
1999. Biologi Edisi kelima Jilid II .
Jakarta : Erlangga
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar