BAB
I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Berbasiskan Proyek berasal
dari gagasan John Dewey tentang
konsep “Learning by Doing” yakni
proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu
sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana melakukan
sesuatu pekerjaan
yang terdiri
atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.
Santyasa
(2006) juga menjelaskan bahwa di dalam Pembelajaran Berbasis proyek dilakukan
secara kolaboratif dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat
tersebut menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek dalam pelaksanaannya
menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif dalam
hal ini menunjukkan bahwa antara siswa dalam kelompok saling ketergantungan
dalam menyelesaikan proyek dan antara siswa satu dengan siswa yang lain akan
mencapai suatu tujuan jika dalam kelompok tersebut dapat mencapai tujuan
bersama yang diharapkan (Slavin, 1995; Arends, 1998; Heinich et al., 2002 dalam
Santyasa, 2006).
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu
pendekatan pengajaran yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran berbasis proyek
memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian
pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif
Pembelajaran Berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan pelajaran dalam melakukan
investigasi dan memahaminya.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek tampak cocok apabila diterapkan pada siswa
yang berkemampuan akademis tinggi karena menuntut siswa untuk berpikir tingkat
tinggi, mampu menerapkan kedisiplinan, mengatur waktu secara ketat, berinvestigasi dalam mengenali dan
menyelesaikan masalah yang terjadi di sekitarnya serta bekerja secara mandiri.
Observasi di lapangan menunjukkan bahwa model Pembelajaran
Berbasis Proyek belum pernah diterapkan pada pembelajaran Biologi di SMP N IV
Wuarlabobar, yang memiliki siswa berkemampuan akademis biasa. Oleh karena itu,
informasi mengenai pengaruh penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap kemampuan berpikir kritis materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan di SMP IV
Wuarlabobar merupakan hal yang penting untuk dikaji lebih lanjut. Pada materi Pertumbuhan
Dan Perkembangan,
siswa belum diajak untuk berpikir kritis dan solutif dalam mengenali
permasalahan lingkungan disekitarnya serta membuat produk secara nyata.
Mengingat materi Pertumbuhan Dan Perkembangan sangat dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek menunjukkan potensi dalam pengembangan kemampuan
berpikir kritis siswa untuk mengenali dan menyelesaikan permasalahan lingkungan
yang terjadi di sekitarnya.
Penelitian Atmidha (2009) telah memberi petunjuk bahwa Model
Pembelajaran Berbasis Proyek berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis.
Oleh karena itu,
penelitian ini ingin melihat kembali apakah penerapan model Pembelajaran
Berbasis Proyek berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis pada materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan
pada siswa di SMP N IV Wuarlabobar.
Pada
penelitian ini, pembelajaran difokuskan pada prinsip-prinsip yang terkandung
dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, siswa
diarahkan pada kegiatan eksplorasi lingkungan sekitarnya dan menemukan masalah
terkait dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan serta memberikan simpulan.
Proyek yang diberikan kepada siswa dikerjakan secara
berkelompok dan diarahkan pada perbandingan di daerah gelap dan terang, serta membuat laporan tertulis
mengenai proyek tersebut.
Hasil observasi dan fakta di lapangan menunjukkan bahwa
selama ini belum pernah ada penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis di
SMP IV Wuarlabobar. Untuk maksud tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan”
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pembelajaran
menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
rumusan masalah dalam
penelitian
ini adalah :
1. Apakah model Pembelajaran Berbasis
Proyek berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis pada materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan?
D. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh model
Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap kemampuan berpikir kritis pada materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan
di SMP N IV Wuarlabobar
E.
Manfaat Penelitian
1. Bagi
guru : hasil penelitian ini dapat menjadi masukan pengetahuan dan pengalaman
praktis dalam menggunakan
model pembelajaran berbasis
proyek yang
dapat mengefektifkan kegiatan pembelajaran khususnya Kemampuan berpikir kritis pada materi Pertumbuhan Dan Perkembangan.
2. Bagi
siswa : dapat meningkatkan hasil belajar mengajar pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan,
selain itu siswa dapat belajar bekerja sama memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dan dapat saling berbagi ilmu
tanpa mementingkan kepentingan sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajran berbais proyek merupakan model pembelajran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan
kerja proyek (Thomas 1999 diacu dalam Wenna 2009).
Pembelajran berbasis proyek merupakan metoda belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata. Pembelajran ini dirancang
untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan pelajar dalam
melakukan investigasi dan memahaminya. Sebagai sebuah model pembelajaran, Menurut Thomas dalam Wena
(2009).
Pembelajaran berbasis proyek mempunyai berapa prinsip, yaitu
:
a. Prinsip sentralis, menegaskan
bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum, dimana siswa belajar konsep utama dari sutu pengetahuan melalui
kerja proyek.
b. Prinsip pertanyaan pendorong, berarti
bahwa kerja proyek berfokus pada
pertanyaan yang
dapat mendorong siswauntuk memperoleh konsep utama suatu bidang
tertentu.
c.
Prinsip investigasi konstruktif, merupakan proses yang mengarah pada
pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan
inkuiri, pengembangan konsep
dan resolusi.
d.
Prinsip otonomi, dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan
sebagai
kemandirian siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
e.
Prinsip realistis, berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.
Pembelajaran
berbasis proyek dapat diimplementasikan dalam berbagai disiplin
ilmu.
Menurut Pribadi
(2003), pembelajaran berbasis proyek umumnya
memiliki pedoman langkah:
a.
Planning
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
adalah :
1)
Merancang seluruh proyek, kegiatan dalam langkah ini adalah mempersiapkan
proyek, guru menyampaikan fenomena nyata
sebagai sumber masalah,
pemotivasian dalam memunculkan masalah.
2)
Mengorganisasi pekerjaan, kegiatan dalam langkah ini adalah merencanakan
proyek, memilih topik, memilih informasi
terkait proyek, membuat prediksi,
dan membuat desain investigasi.
b.
Creating
Dalam tahap ini siswa mengembangkan
gagasan-gagasan proyek, mengkombinasikan ide yang muncul dalam kelompok, dan
membangun proyek. Pada tahapan ini pula siswa menghasilkan suatu produk
(artefak) yang nantinya akan dipresentasikan dalam kelas.
c.
Processing
Tahapan ini meliputi presentasi
proyek dan evaluasi. Pada presentasi proyek akan terjadi komunikasi secara
actual kreasi ataupun temuan dari investigasi kelompok, sedangkan pada tahapan
evaluasi akan dilakukan refleksi terhadap hasil proyek, analisis dan evaluasi
dari proses-proses belajar. Fokus Pembelajaran Berbasis Proyek melibatkan siswa
dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan bermakna yang lain, memberi
kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengonstruksi pengetehuan mereka
sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata (Thomas 2000
diacu dalam Wena 2009).
Proyek
dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan
masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa (Santyasa 2006).
Oleh
karena itu, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengeksplorasi
lingkungan alam sekitar siswa sehingga siswa dapat menemukan masalah yang nyata
dan mengusulkan solusi melalui kerja proyeknya.
Siswa belajar melalui kegiatan eksplorasi dan
menemukan simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya serta membuat
solusi atas permasalahan yang ditemukannya. Siswa memperoleh pemahaman melalui
kegiatan ilmiah dan proses sains seperti mengamati, mengumpulkan data,
membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan, membuat
hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan membuat laporan
kegiatannya.
Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai salah satu model pembelajaran yang
dapat mendorong siswa membangun pengetahuan dan keterampilan. Adanya peluang
untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain, dan merefleksikan ide
sendiri pada orang lain adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Proses
interaksi dengan teman sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dengan
kata lain, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat membantu siswa meningkatkan
keterampilan dan memecahkan masalah.
2. Kajian Teoritis
Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek didukung oleh teori
belajar konstrukstivisme (Wena, 2009).
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai
(Trianto 2007).
Selama proses berinteraksi dengan lingkungan, siswa akan
membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks pengalamannya sendiri sehingga
akan memperoleh pengetahuan.
Menurut Pribadi
(2009), contoh aktivitas pembelajaran yang menandai siswa melakukan konstruksi
pengetahuan adalah mengatasi masalah yang sedang dihadapi dan berpikir kritis
tentang isu yang bersifat kompleks. Proses berpikir lahir dari rasa sangsi akan
sesuatu yang kemudian tumbuh menjadi masalah yang khas dan memerlukan pemecahan
(Nazir 2005).
Dalam pembentukan pengetahuan, menurut Piaget (1970) yang
diacu dalam Mulyani et al (2008),
terdapat dua aspek berpikir yaitu aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek
operatif lebih penting karena menyangkut operasi intelektual atau sistem
transformasi. Berpikir operatif inilah yang memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan pengetahuannya dari suatu level tertentu ke level yang lebih
tinggi atau dengan kata lain mampu berpikir kritis terhadap hal yang
ditemuinya.
Menurut Manahal (2007), pembelajaran berbasis pendekatan
konstruktivisme dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berpikir
kritis adalah proses yang bertujuan memutuskan pengaturan diri yang memacu
penyelesaian masalah dan mengambil keputusan (Lisminingsih 2008).
Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual dimana
pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan
pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional (Murti 2008).
Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai
berpikir evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan
yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau argumen yang
disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan tindakan.
Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Fisher (2008)
adalah :
a.
Mengidentifikasi
Identifikasi adalah membedakan komponen-komponen yang satu
dengan yang lainnya sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Mengindentifikasi
merupaka pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Dengan
identifikasi suatu komponen itu dapat
dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana.
b.
Menilai
Menilai adalah suatu tindakan mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Menilai merupakan suatu kegiatan
memeriksa kebenaran suatu informasi dan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan.
c.
Menginterpretasi
Menginterpratasi merupakan kegiatan
menjelaskan dan menafsirkan fakta, data,
informasi, atau peristiwa dalam tabel, gambar, diagram, grafik, dan dapat juga
menerangkan sesuatu dengan grafik atau tabel.
d.
Menganalisis
Menganalisis merupakan kegiatan
menguraikan suatu bahan (fenomena atau bahan pelajaran) ke dalam
unsur-unsurnya, kemudian menghubungkan bagian dengan bagian dengan cara disusun
dan diorganisasikan. Kemampuan ini merupakan tingkat intelektual yang lebih
tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan
bentuk struktural materi yang dipelajari.
e.
Mengemukakan pendapat atau berargumen
Pendapat merupakan suatu pemikiran
atau perkiraan tentang suatu hal. Selain itu, pendapat bisa didefinisikan
sebagai suatu alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu
pendirian, atau gagasan. Berpendapat berarti berdebat dengan saling
mempertahankan atau menolak alasan masing-masing.
f.
Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, menyatakan
pendapat, memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik
kualitatif maupun kuantitatif. Mengevaluasi merupakan tindak lanjut dari
kegiatan menilai.
g.
Menyimpulkan atau menginferensi
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan
untuk menginterpretasikan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta.
Membuat kesimpulan berawal dari pengumpulan data, kemudian melalui suatu
diskusi dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang yang dimiliki
sampai batas waktu tertentu.
Selanjutnya, disampaikan oleh Ennis (1993) dalam Muhfahroyin
(2000), bahwa evaluasi terhadap kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan
untuk mendiagnosis tingkat kemampuan siswa, memberi umpan balik keberanian
berpikir siswa, dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan
berpikir krit isnya. Kemampuan berpikir krit is siswa dalam kegiatan
pembelajaran dapat terekam dari kemampuannya dalam mengidentifikasi dan
merumuskan masalah, mengintepretasi pertanyaan, menganalisis data, mengemukakan
argumen, membuat penilaian, mengevaluasi, serta menarik kesimpulan.
Menurut Muhfahroyin (2005), taksonomi Bloom yang
telahdirevisi oleh Anderson dan Krathwhol (2001) sangat berguna dalam
meningkatkan level berpikir kritis siswa dalam pembelajaran. Tipe hasil belajar
kognitif tersebut meliputi tipe hasil belajar pengetahuan hapalan, pemahaman,
penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi.
Tipe hasil belajar ranah kognitif yang mencerminkan tingkat
belajar yang rendah adalah tipe hasil belajar hapalan dan pemahaman (Anni
2009).
Pada tipe hasil belajar hapalan, cakupan dalam pengetahuan
hapalan termasuk pengetahuan yang bersifat faktual, namun tipe hasil belajar
ini penting untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya. Sehubungan dengan hafalan,
Taylor (2001) dalam Muhfahroyin (2005) menjelaskan bahwa
dalam pembelajaran yang berbasis hafalan menjadikan siswa jarang dituntut untuk
bertanya dan berpikir, sehingga kemampuan berpikir kritis kurang terpacu.
Menurut Anni (2009), tipe hasil belajar pemahaman memerlukan
adanya pertautan antara konsep dengan makna. Hasil belajar ini berada pada satu
tahap di atas pengingatan materi sederhana, dan mencerminkan tingkat pemahaman
paling rendah. Berpikir dapat dipacu dengan mengajukan pertanyaan yang
ditingkatkan kompleksitasnya (Muhfahroyin 2005).
Menurut Anni (2009), pada tipe hasil belajar penerapan,
terdapat konsep, teori, hukum, dan rumus. Dalil hukum tersebut diterapkan dalam
suatu pemecahan masalah. Dengan kata lain, tipe belajar penerapan bukan
keterampilan motorik, tapi lebih banyak keterampilan mental. Tipe belajar
analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memerlukan unsur tipe
hasil belajar sebelumnya yaitu hapalan, pemahaman, dan penerapan.
Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka
seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Dalam tipe hasil belajar
evaluasi, penekanan terletak pada pertimbangan sesuatu nilai mengenai baik
tidaknya, tepat tidaknya dengan menggunakan kriteria tertentu. Pada tipe hasil
belajar kreasi, siswa penekanan terletak pada pemasangan unsur-unsur untuk
membentuk kesatuan yang fungsional dan mereorganisasi pola atau struktur baru.
Salah satu dimensi hasil belajar menurut Rustaman (2008)
adalah kebiasaan berpikir atau habits of mind. Menurut Costa (2000) dalam Anwar
(2005), habits of mind berarti watak perilaku secara cerdas ketika menghadapi
masalah, atau terhadap jawaban yang tidak segera diketahui. Dimensi hasil
belajar yang berupa kebiasaan berpikir dapat terjadi bersamaan dengan dimensi
hasil belajar lainnya, tetapi kebiasaan berpikir dalam bidang ilmu atau materi
subyek tertentu hanya mungkin terjadi melalui wahana pengetahuannya.
Lebih jauh tentang kebiasaan berpikir menurut Marzano (1994)
dalam Rustaman (2008), diketahui bahwa kebiasaan berpikir tersebut terdiri atas
tiga komponen yang saling melengkapi dan membentuk suatu kesatuan.
Komponen-komponen tersebut adalah berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), dan pengaturan diri (selfregulation).
Sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang
diajukan oleh Fisher (2008) yaitu mengidentifikasi, menilai, mengintepretasi,
menganalisis, berargumen, mengevaluasi, dan menyimpulkan, maka tipe hasil
belajar ranah kognitif yang menuntut siswa untuk menafsirkan, memecahkan
masalah, menganalisis, mempertimbangkan sesuatu nilai, membuat keputusan dan
membuat kesimpulan akan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
5. Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan
Dalam KTSP 2006 Materi pertumbuhan dan
perkembangan adalah Materi Biologi kelas VIII Semester Genap.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan
volume dan jumlah sel yang menyebabkan bertambah besarnya ukuran
organisme dan bersifat irreversibel. (Irreversibel artinya tidak
akan kembali keukuran semula)
Perkembangan adalah proses pertambahan
jenis sel melalui proses diferensiasi sehingga menuju kedewasaan.(Pertumbuhan
bersifat kuantitatif (dapat diukur), dan perkembangan bersifat kualitatif
(tidak dapat diukurPertumbuhan tidak berjalan sendiri tetapi seiring sejalan
dengan perkembangan ).
Titik
tumbuh (meristematik) pada
tumbuhan terletak pada ujung
akar, ujung
batang dan jaringan kambium.Berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi 3 daerah
pertumbuhan, yaitu :
a. Daerah pembelahan sel
perbanyakan sel atau pembentukan sel baru
b. Daerah perpanjangan sel
perubahan ukuran sel menjadi memanjang
c. Daerah diferensiasi
pertumbuhan
secara fisiologi dan morfologi dalam suatu
sel, jaringan, atau organ.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dari perkecanbahan biji.
Perkecambahan ada 2 tipe yaitu epigeal dan hipogeal.
Pertumbuhan epigeal/perkecambahan
epigeal adalah pertumbuhan keping biji dan pucuk tunas
terangkat ke atas permukaan tanah.contoh : kacang hijau.
Pertumbuhan hipogeal/perkecambahan hipogeal adalah pertumbuhan pucuk
tunas terangkat ke atas sedangkan kotiledon tetap berada di dalam
tanah. Contoh : jagung
Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi
pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
(1)Pertumbuhan primer
- Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang disebabkan kegiatan titik
tumbuh
primer.
- titik tumbuh primer terdapat pada ujung akar dan ujung batang.
- pertumbuhan primer menyebabkan batang dan akar bertambah panjang.
(2)Pertumbuhan sekunder
- Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang disebabkan kegiatan titik
tumbuh sekunder.
- titik tumbuh sekunder terdapat pada kambium.
- pertumbuhan sekunder menyebabkan ukuran diameter batang menjadi
semakin
besar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
1. Faktor eksternal
a. Zat hara
Berupa makronutrien dan mikronutrien yang diserap oleh
akar maupun bagian tubuh yang lain berupa gas, cair, dan zat yang terlarut bersama
air.
b. Cahaya
Berperan dalam proses
fotosintesis, namun cahaya yang berlebihan menghambat kerja hormon auksin
(hormon pertumbuhan). Pada tempat yang gelap hormon auksin aktif
diproduksi sehingga terjadi Pertumbuhan yang sangat cepat disebut : Etiolasi. Batang yang tumbuh
memiliki struktur memanjang namun tidak kokoh.
c. Air
untuk fotosisntesis dan
membantu perkecambahan biji.
d. Suhu
Suhu optimum umumnya 22o C – 37o C, erat
kaitannya dengan kerja
enzim.
e. Oksigen
Untuk respirasi
f. Kelembaban
Kelembaban udara yang tinggi akan
dapat mendukung proses perkecambahan dan pertumbuhan.
Perkecambahan dimulai dengan
proses masuknya air ke dalam biji disebut imbibisi, air akan mengaktifkan enzim-enzim metabolisme. Sehingga
biji dapat berkecambah. Dalam keadaan lingkungan yang tidak mendukung biji akan
mengalami dormansi yaitu keadaan tidak dapat berkecambahnya biji. Biji dorman
dapat terjadi jika kelembaban tidak cukup
2. Faktor internal
a. Genetis
b. Fitohormon (hormon tumbuhan)
1. Auksin
2. Giberelin
3. Sitokinin
4. Asam Absisat (ABA)
5. Etilene
6. Asam traumalin
7. Kalin
Tumbuhan memiliki
kemampuan untuk memperbaiki bagian yang luka, disebut daya restitusi atau
regenerasi. Peristiwa ini terjadi dengan bantuan hormon luka atau kambium luka
atau asam traumalin. Lukaluka yang terjadi dapat tertutup kembali dengan
membentuk jaringan kalus dan jaringan yang rusak dapat diganti dengan yang
baru. Bahkan dari luka pada bagian tertentu dari tubuh tumbuhan dapat tumbuh
tunas baru.
B. Kerangka Berpikir
·
Model
pembelajaran berbasis proyek : Melibatkan kerja proyek (Wena 2009)
·
Model
pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kritis (Penelitian Atmida 2009)
·
Taksonomi Bloom yang telah
direvisi oleh Anderson dan Krathwhol (2001) sangat berguna dalam
meningkatkan level berpikirkrit is siswa dalam Skor tes kemampuan berpikir
kritis berkorelasi signifikan dengan skor tes hasil.
|
·
Model
Pembelajaran Berbasis Proyek belum pernah diterapkan di SMP N IV Wuarlabor
·
Pembelajaran
materi Pertumbuhan Dan Perkembangan belum mengajak siswa untuk
berpikir kritis terhadap permasalahan di sekitarnya dan membuat produk
secara nyata.
·
Belum
adanya informasi mengenai hubungan antarakemampuan berpikir kritis
|
Hipotesis :
1.
Tingkat
keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek berpengaruh signifikan
terhadap skor tes kemampuan berpikir kritis pada materi Pertumbuhan Dan Perkembangan .
|
Penerapan
Model Pembelajaran Berbasis Proyek di SMP IV Wuarlabobar Berpengaruh
signifikan terhadap skor tes kemampuan berpikir kritis pada materi
Pertumbuhan Dan Perkembangan
|
C.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
1.
Tingkat keterlaksanaan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek
berpengaruh terhadap skor tes kemampuan
berpikir kritis pada materi Pertumbuhan Dan Perkembangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri IV Wuarlabobar kelas VIII. Lokasi, terletak di Propinsi
Maluku, Kabupaten MTB (Maluku Tenggara Barat) Kecamatan Wuarlabobar Desa
Watmasa Penelitian dilakukan pada tanggal…………….sampai tanggal………di kelas ……
sebagai kelas eksperimen dan kelas……..sebagai kelas kontrol pada semester ……..tahun
pelajaran ……….
B. Populasi dan Sampel
Pengertian
populasi menurut Arikunto (2006) adalah keseluruhan subyek penelitian. Menurut
Singarimbun (1995), populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisis
yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP IV Wuarlabobar yang berjumlah 45 siswa dan terbagi dalam 3 kelas
yaitu kelas VII A, VII B, dan kelas VII C yang masing-masing kelas terdiri dari
15 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti (Arikunto 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Seluruh siswa kelas VII SMP N IV Wuarlabobar yang berjumlah 45 siswa
yang terbagi dalam Tiga kelas yaitu
Kelas VII A, VII B, VII C. siswa kelas…….sebagai kelas eksperimen, dan……..
siswa kelas…….sebagai kelas control yang diambil dengan teknik convinience
sampling karena jumlah siswa sebagai responden ditetapkan oleh guru sehingga
penetapan jumlah sampel dilakukan dengan cara sederhana (convenience sampling),
sekalipun demikian rumus penarikan sampel diterapkan untuk mendapatkan jumlah
sampel yang memadai (adequate sample).
Langkah
penarikan sampel pada penelitian ini adalah:
a.
Menghitung anggota populasi penelitian yaitu siswa kelas VII
SMP N IV
Wuarlabobar yang berjumlah 45 siswa
pada semester……….Tahun
pelajaran……….
b.
Menetapkan jumlah sampel berdasarkan anjuran dari guru biologi kelas VII SMP IV
Wuarlabobar yaitu…….. .siswa kelas……….sebagai
kelas\eksperimen dan………siswa
kelas………..sebagai kelas kontrol. Dasar
pertimbangan sampel adalah penetapan
jumlah sampel dengan cara sederhana
(convenient sampling).
c.
Menghitung jumlah sampel
Dalam
menentukan jumlah sampel menurut Isaac dan Michael dalam Sugiyono (2009)
digunakan rumus :
Keterangan :
S
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
P
= Proporsi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel. Harga P ini diambil
d
= Derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat
ditoleransi dalam fluktuasi proporsi
sampel P.
λ2
= Nilai tabel chisquare untuk dk=1, taraf kesalahan 1%,5%, 10%
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi
perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto 2006). Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab (Arikunto 2006). Variabel
terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi (Arikunto 2006).
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Hipotesis 1 : tingkat keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
berpengaruh terhadap skor tes kemampuan
berpikir kritis pada materi
pertumubuhan
dan perkembangan
a.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat keterlaksanaan model
Pembelajaran Berbasis Proyek.
b.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah skor tes kemampuan berpikir kritis
materi Pertumbuhan Dan Perkembangan .
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan
menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group
Design. Pada desain ini terdapat pretes sebelum perlakuan diberikan dan postes
setelah perlakuan diberikan (Tim Puslitjaknov 2008). Dalam penelitian ini
diambil dua kelas perlakuan.
E. Prosedur
Penelitian
Penelitian ini terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan dan pengambilan data.
1.
Tahap persiapan
2.
Pelaksanaan
3.
Pengambilan Data
F.
Data
dan cara Pengambilan Data
Di
dalam melakukan penelitian, Teknik pengambilan data di butuhkan untuk membuktikan hipotesis yang telah di tetapkan.
Untuk mendapatkan data yang digunakan instrument penelitian. Instrument
penelitian diartikan sebagai alat yang mampu menampung sejumlah data yang di
gunakan untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian.
Teknik
pengumpulan data sangat sangat berpengaruh terhadap terhadap hasil penelitian
karena dengan mengguanakan atau pemilihan metode pengumpulan data yang tepat
peneliti memperoleh data yang relevan, akurat, dan reliable. Dalam penelitian
ini sumber data bersal dari siswa dan merupakan jenis data kuantitatif.
G. Metode Analisis Data
Metode
analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi :
1.
Anlisis tingkat keterlaksanaan model
Pembelajaran Berbasis Proyek dalam
pendekatan Jelajah Alam Sekitar.
Dalam
Penelitian ini tingkat keterlaksanaan Model Pembelajran Berbasis Proyek diukur
menggunakan Angket.
2.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Kemampuan
berpikir kritis siswa diukur dari skor tes kemampuan berpikir kritis yang
memuat indicator berpikir kritis. Skor kemampuan berpikir kritis di ambil daro
skor protes.
4.
Uji Normalitas
Uji
normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau
tidak. Data yang diuji normalitasnya adalah data kemampuan berpikir kritis
masing-maisng Pada kelas eksperimen dan kelas control.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar
C. 2005. Upaya Guru Membentuk Habits of
Mind siswa dalamPembiasaan
Berpikir Tingkat Tinggi-nya.
Bandung : Widyaiswara Pendidikan
Biologi IPA Bandung. On Line at
Atmidha,
G. N. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil
Belajar, dan Sikap Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Sholahudin. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Azwar,
S. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi ke
2.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.CORD, 2007. Project-Based
Februari 2008).
Dickinson,
G., and Jackson, J.K. 2008. Planning for Success. How to Design and
Implement Project- Base science
Activities. The Science Teacher.
November
2008:29-32.
pertumbuhan-dan-perkembangan.html
Pada 03 Oktober 2014, pukul 11:23
Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning.
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php.
Mahanal,
S. & Wibowo, A.L. 2009. Penerapan Pembelajaran Lingkungan
Hidup
Berbasis
Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis,
Penguasaan Konsep, dan Sikap
Siswa (Studi di SMAN 9Malang).
Makalah
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan
Hidup dan Interkonferensi
BKPSL. Universitas Negeri Malang. 20-21
Juni 2009-07-15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar